Jakarta – Sekretaris Jenderal DPP Advokasi Rakyat Untuk Nusantara (ARUN), Bob Hasan menyindir kritik yang dilontarkan anggota DPR RI, Charles Honoris kepada Panglima TNI Gatot Nurmantyo terkait kebijakan pemutusan hubungan kerja sama militer dengan Australia akibat penghinaan terhadap Pancasila.
“Ini bukti bahwa sistem kita telah kehilangan pijakan akibat dari Pancasila yang tidak lagi menjadi sumber dari segala sumber hukum. Sehingga seorang Charles Honoris yang tidak paham akan falsafah bangsa dengan sengaja mengatakan Panglima TNI lebay. Dan ini menjadi indikator bahwa kita telah jauh dari patron kemerdekaan yang berasaskan pada Pancasila,” kata Bob kepada wartawan, Senin (9/1/2017).
Terhadap kritik ke Panglima, Bob menganjurkan Charles belajar banyak soal Pancasila. Karena dia percaya keputusan memutus hubungan pelatihan militer keputusan yang tepat.
“Seorang Panglima TNI sudah sangat paham akan pakem bangsa ini sangatlah wajar jika mengambil keputusan tersebut. Karena merupakan penghinaan bagi bangsa ini,” kata Bob.
Bob menambahkan, kritik ke Panglima menunjukkan hilangnya roh Pancasila dari Charles. Pancasila sudah tidak dijadikan dasar dari negara untuk menjalani kehidupan berbangsa.
“Hal ini sudah menjadi realitas dikarenakan Pancasila sudah kehilangan rohnya. Sistem di Indonesia yang menjadikan Pancasila hanya untuk diingat sebagai dasar negara dan filosofis negara,” timpalnya.
Sebelumnya, Panglima TNI Gatot Nurmantyo memutuskan kerjasama pelatihan milter dengan Australia pasca terjadi penghinaan terhadap Pancasila. Namun keputusan itu justru dinilai berlebihan oleh Charles Honoris. Keputusan memutus hubungan pelatihan militer disebut tidak mengedepankan rasionalitas.
Terlebih lagi putusan Panglima ini dianggap Charles akan merembet kepada bidang lain. Hubungan Indonesia-Australia dalam bidang perdagangan dan pemberantasan terorisme disebut Charles justru terancam retak.
“Agak lucu kalau kelakuan oknum serdadu dijadikan alasan untuk memutuskan kerja sama pertahanan. Saya harap Panglima TNI jangan jadikan isu ini untuk pencitraan saja,” ucapnya, kepada wartawan Kamis (5/1/2017) kemarin.
Menurutnya kritik kader PDIP ini ke Panglima TNI menunjukkan dia tidak paham dengan Pancasila. Sehingga keputusan Panglima yang memutus hubungan pelatihan militer kepada Australia dianggap berlebihan.
“Ini bukti bahwa sistem kita telah kehilangan pijakan akibat dari Pancasila yang tidak lagi menjadi sumber dari segala sumber hukum. Sehingga seorang Charles Honoris yang tidak paham akan falsafah bangsa dengan sengaja mengatakan Panglima TNI lebay. Dan ini menjadi indikator bahwa kita telah jauh dari patron kemerdekaan yang berasaskan pada Pancasila,” kata Bob kepada wartawan, Senin (9/1/2017).
Terhadap kritik ke Panglima, Bob menganjurkan Charles belajar banyak soal Pancasila. Karena dia percaya keputusan memutus hubungan pelatihan militer keputusan yang tepat.
“Seorang Panglima TNI sudah sangat paham akan pakem bangsa. Ini sangatlah wajar jika mengambil keputusan tersebut karena merupakan penghinaan bagi bangsa ini,” kata Bob.
Bob menambahkan, kritik ke Panglima menunjukkan hilangnya roh Pancasila dari Charles. Pancasila sudah tidak dijadikan dasar dari negara untuk menjalani kehidupan berbangsa.
“Hal ini sudah menjadi realitas dikarenakan Pancasila sudah kehilangan rohnya. Sistem di Indonesia yang menjadikan Pancasila hanya untuk diingat sebagai dasar negara dan filosofis negara,” timpalnya.
Sebelumnya, Panglima TNI Gatot Nurmantyo memutuskan kerja sama pelatihan milter dengan Australia pasca terjadi penghinaan terhadap Pancasila.
Namun keputusan itu justru dinilai berlebihan oleh Charles Honoris. Keputusan memutus hubungan pelatihan militer disebut tidak mengedepankan rasionalitas.
Terlebih lagi putusan Panglima ini dianggap Charles akan merembet kepada bidang lain. Hubungan Indonesia-Australia dalam bidang perdagangan dan pemberantasan terorisme disebut Charles justru terancam retak.
“Agak lucu kalau kelakuan oknum serdadu dijadikan alasan untuk memutuskan kerja sama pertahanan. Saya harap Panglima TNI jangan jadikan isu ini untuk pencitraan saja,” ucapnya, kepada wartawan Kamis (5/1/2017) kemarin. (kriminalitas.com)