Kasus pemalakan di Pantai Padang kembali membuat heboh pengguna internet. Kali ini kehebohan dipicu sebuah status yang diposting oleh pengguna facebook bernama Jejeng Azwardi. Dalam status tersebut Jejeng bercerita tentang seorang temannya yang dipalak oleh pedagang di Pantai Padang, dan mereka terpaksa membayar dua porsi capucino dan dua porsi langkitang dengan harga Rp 200.000.
Terlepas dari benar atau tidaknya cerita tersebut, pemalakan di Pantai Padang memang banyak terjadi dan selalu menjadi cerita yang dibawa pulang oleh wisatawan. Tidak hanya wisatawan dari luar Kota Padang, bahkan warga Kota Padang sendiri pun sering menjadi korban.
Bagi Anda yang sedang membaca artikel ini, sebenarnya pemalakan di kawasan wisata tidak perlu dicemaskan jika Anda tahu modus apa yang mereka pakai dan langkah apa yang perlu Anda lakukan agar tak menjadi korban. Berikut beberapa modus yang sering dipakai oleh oknum di kawasan wisata di Kota Padang untuk memalak pengunjung:
TUKANG PARKIR
Ini adalah salah satu modus yang paling sering digunakan. Oknum tukang palak di Pantai Padang banyak yang beroperasi sebagai tukang parkir namun mereka sebenarnya adalah tukang parkir liar. Mereka memalak para pengunjung dengan meminta tarif yang jauh melebihi tarif normal. Perlu diketahui untuk tarif parkir di kawasan Pantai Padang adalah:
Sepeda Motor, Bendi dan sejenisnya: Rp 1.000 sekali parkir
Mobil Roda 4: Rp 3.000 sekali parkir
Bus dan Mobil Roda 6 dan sejenisnya: Rp 5.000 sekali parkir
Trailer, Alat Berat dan sejenisnya: Rp 10.000 sekali parkir
Mobil Roda 4: Rp 3.000 sekali parkir
Bus dan Mobil Roda 6 dan sejenisnya: Rp 5.000 sekali parkir
Trailer, Alat Berat dan sejenisnya: Rp 10.000 sekali parkir
Jadi jangan mau membayar parkir di luar tarif yang sudah ditetapkan, apalagi tarif yang diminta tidak masuk akal dan di luar kewajaran.
PENJUAL MAKANAN
Tindakan pemalakan lainnya biasanya dilakukan oleh oknum yang menjual makanan di Pantai Padang. Tapi nggak semua loh ya mereka ini yang memalak, hanya saja karena oknum-oknum ini semua jadi terkena getahnya. Masih banyak kok penjual makanan yang jujur dan jualan sesuai tarif.
Biasanya korban yang berhasil mereka jerat adalah pasangan muda-mudi, wisatawan dari luar daerah yang biasanya ditandai dengan plat nomor mobil mereka atau wisatawan lokal yang jarang ke Pantai Padang.
PENJUAL MINUMAN KELILING
Modus pemalakan lainnya yang biasanya dilakukan oleh oknum di beberapa objek wisata adalah dengan beraksi sebagai penjual minuman keliling. Ketika mereka menemukan korbannya, mereka langsung memaksa si korban membeli minuman yang mereka bawa dengan harga yang jauh dari harga normal.
Beberapa waktu lalu, dua orang pelaku yang melakukan tindakan seperti ini ditangkap oleh pihak keamanan di Pantai Padang. Keduanya dilaporkan oleh seorang pengunjung yang merasa tidak senang dengan ulah kedua pelaku.
PENGAMEN
Modus terakhir dan yang paling menyebalkan para tukang palak ini adalah dengan menjadi pengamen. Dulu, sewaktu Pantai Padang masih dihiasi tenda ceper pengamen tukang palak ini banyak beraksi. Mereka mengamen dengan kemampuan menyanyi seadanya, kemudian memaksa meminta uang kepada wisatawan. Jika korbannya tidak memberikan uang, maka akan terus mereka ganggu. Dan biasanya mereka tidak satu atau dua orang, tapi satu kelompok. Namun, mereka mengamen bergantian dengan gitar yang sama.
Tindakan pelakan wisatawan di objek wisata di Kota Padang bukanlah hal baru. Bahkan masalah ini sudah sangat mengakar dan sulit di atasi karena modus-modus yang digunakan para pelaku membuat mereka sulit ditindak. Selain itu, keengganan wisatawan untuk melaporkan tindakan pemalakan yang mereka alami juga masih minim, mereka lebih memilih untuk tidak meributkan hal tersebut.
Tapi hal tersebut kemudian menjadi efek negatif terhadap pariwisata Kota Padang karena menjadi omongan banyak orang dimana-mana sehingga orang menjadi enggan untuk datang kembali ke Kota Padang terutama Pantai Padang.
Sumber : infosumbar.net