Malin Kundang, pasti hampir di antara kita mengetahui nama tokoh yang satu ini.
Seorang pemuda yang dikutuk menjadi batu karena melawan kepada orang tuanya.
Seorang pemuda yang dikutuk menjadi batu karena melawan kepada orang tuanya.
Cerita legenda ini berasal dari Padang, Sumatera Barat. Dan cerita Malin Kundang si anak
durhaka telah manjadi salah satu bahasan wajib di hampir tiap sekolah di negeri ini.
durhaka telah manjadi salah satu bahasan wajib di hampir tiap sekolah di negeri ini.
Cerita rakyat yang disampaikan secara turun menurun ini ternyata banyak yang mempercayai
sebagai sesuatu cerita yang nyata. Padahal, keberadaan batu Malin Kundang dan kapalnya
hanyalah sebuah patung yang sengaja dibuat oleh para seniman dan di tempatkan di kawasan
Pantai Air Manih, Padang, Sumatera Barat.
sebagai sesuatu cerita yang nyata. Padahal, keberadaan batu Malin Kundang dan kapalnya
hanyalah sebuah patung yang sengaja dibuat oleh para seniman dan di tempatkan di kawasan
Pantai Air Manih, Padang, Sumatera Barat.
(Malin Kundang terlihat sedang bersujud)
Tempat ini kini menjadi primadona para wisatawan baik domestik dan mancanegara. Ratusan
ribu bahkan mungkin jutaan orang tiap tahunnya datang ke tempat yang melegenda ini.
ribu bahkan mungkin jutaan orang tiap tahunnya datang ke tempat yang melegenda ini.
Banyak orang yang ingin berfoto di lokasi Malin Kundang itu. Sosok Malin Kundang tersebut
terlihat bersujud seolah-olah menyadari kesalahan yang ia perbuat.
terlihat bersujud seolah-olah menyadari kesalahan yang ia perbuat.
Menurut cerita, Malin Kundang awalnya adalah seorang anak yang baik hati dan rajin membantu
orang tuanya.
orang tuanya.
Ia merupakan sosok yang ulet dan tangguh. Seseorang yang berjuang untuk kebahagiaan ibunya
yang sebatang kara setelah ditinggal suami tercinta.
yang sebatang kara setelah ditinggal suami tercinta.
( Batu Malin Kundang dengan latar Pantai Air Manis)
Hingga suatu masa, Malin Kundang hendak merantau ke negeri seberang. Ia bertekad untuk
mengangkat harkat dan martabat orang tuanya yang selalu dihina dan direndahkan.
mengangkat harkat dan martabat orang tuanya yang selalu dihina dan direndahkan.
Pada awalnya, orang tua si Malin enggan untuk melepas Malin untuk merantau. Karena ia
khawatir anaknya tidak akan kembali ke kampung halamannya. Namun, karena Malin tetap taguh
dengan pendiriannya, maka sang ibu akhirnya mengizinkannya.
khawatir anaknya tidak akan kembali ke kampung halamannya. Namun, karena Malin tetap taguh
dengan pendiriannya, maka sang ibu akhirnya mengizinkannya.
Singkat cerita, di tanah rantau, setelah sekian lama berusaha akhirnya malin menjadi pemuda
yang sukses. Ia berhasil mencapai kemajuan dan kemakmuran hingga akhirnya ia berniat hendak
mengunjung dan menjemput sang ibu tercinta.
yang sukses. Ia berhasil mencapai kemajuan dan kemakmuran hingga akhirnya ia berniat hendak
mengunjung dan menjemput sang ibu tercinta.
Namun apa disangka, setelah Malin pulang ke kampung halaman bersama sang istri tercinta. Ia
menolak mengakui seorang wanita tua yang mengaku sebagai ibunya. Ia merasa malu memiliki
orang tua yang miskin.
menolak mengakui seorang wanita tua yang mengaku sebagai ibunya. Ia merasa malu memiliki
orang tua yang miskin.
(Batu Malin Kundang di Pantai Air Manis Padang)
Ia bahkan mengatakan kalo ibunya telah meninggal dunia dan tidak memiliki siapa-siapa lagi
di dunia ini. Setelah itu Malin beserta sang istri langsung pergi kembali berlayar
meninggalkan wanita tua dan kampung halamannya.
di dunia ini. Setelah itu Malin beserta sang istri langsung pergi kembali berlayar
meninggalkan wanita tua dan kampung halamannya.
Sang ibu tidak menyangka kalo sanga anak telah berubah. Kesedihan hatinya teramat dalam
karena sang anak tidak mengakui keberadaannya.
karena sang anak tidak mengakui keberadaannya.
Ibu Malin pun berdoa kepada Tuhan, meminta agar anaknya diberi petunjuk dan hidayah.
Di tengah perjalanan, kapal yang ditumpangi Malin dan istrinya dihantam angin kencang,
badai dan ombak besar. Penyesalan pun datang, namun semuanya terlambat. Tuhan pun mengutuk
Malin menjadi batu.
badai dan ombak besar. Penyesalan pun datang, namun semuanya terlambat. Tuhan pun mengutuk
Malin menjadi batu.