Seorang guru di Kampung Cisalak Desa Karoya Kecamatan Tegalwaru Kabupaten Purwakarta, mengembangkan teknologi pengubah sampah plastik menjadi bahan bakar.
Adalah Ahmad Sudarna (44), yang mengumpulkan sampah plastik kemudian mengubahnya jadi bahan bakar. Selain mengumpulkan bahan sampah plastik, ia menggunakan kaleng, pipa besi, kayu bakar dan tungku.
“Proses ini disebut pyrolysis atau penguraian thermokimia pada suhu tinggi tanpa adanya oksigen,” ujar Ahmad kepada Tribun di kediamannya, Selasa (1/12).
Cara kerjanya, sampah-sampah plastik itu ia masukan ke dalam kaleng yang dipanaskan dengan suhu tinggi menggunakan kayu bakar. Gas di dalam kaleng sisa pembakaran itu kemudian dialirkan melalui pipa besi. Dari proses itu, kata dia, akan terjadi perengkahan.
Lalu, gas tersebut dikondensasikan sehingga menjadi fase cair. Hasil kondensasi inilah kata Ahmad yang digunakan sebagai bahan bakar yang setara dengan bensin dan solar.
“Prosesnya mirip dengan penyulingan dan sebenarnya ini sudah diketahui umum juga,” kata Ahmad.
Guru di SDN 1 Karoya itu mengaku menciptakan alat itu berawal dari kegelisahannya melihat berceceran sampah plastik di sawah, kebun dan sungai.
“Kemudian saya bereksperimen dan sejauh ini berhasil dan sudah sayta praktekkan sendiri,” ujar Ahmad.
Tahun lalu, ia mulai mensosialisasikan prakteknya itu kepada sejumlah peternak ayam di desa itu. Energi alternatif yang digunakannya digunakan para peternak ayam sebagai bahan bakar lampu penghangat ayam di kandang.
“Sejauh ini saya baru gunakan energi alternatif ini untuk bahan bakar penghangat ayam di dalam kandang dan itu cukup memberi manfaat cukup banyak,” ujarnya.
Itu karena kebutuhan alat penghangat yang biasanya memanfaatkan bahan bakar gas elpiji cukup besar. Peternak mensiasatinya dengan api yang harus terus menyala di dalam kadang setiap hari. Dengan bahan bakar yang terbuat dari daur ulang sampah plastik ini ternyata mampu menghemat biaya hampir 70% kebutuhan bahan bakar dari gas elpiji.
“Hingga sekarang Alhamdulillah, dari 18 peternak, delapan diantaranya sudah gunakan bahan bakar alternatif ini untuk menghangatkan ayam di kandang,” ujar dia.
Ia mengakui proses pembuatan energi alternatif ini cukup sulit. Itu juga jadi alasan kenapa banyak peternak ayam belum beralih gunakan bahan bakar. Kendalanya banyak yang bilang ini ribet, harus daur ulang sampah dulu. Adapun
alat untuk membuat daur ulang sampah plastik menjadi BBM ini rata-rata dibuat dengan daya tampung 5 kilogram sampah plastik.
“Untuk 1 kg sampah bisa menghasilkan tidak kurang dari satu liter BBM aternatif. Itu untuk jenis sampah plastik padat atau kemasan. Beda dengan sampah kantong plastik, sampah plastik jenis tersebut hanya menghasilkan BBM arternatif sedikit untuk ukuran yang sama,” ujarnya.
Ia mengakui hingga kini masih terus mengembangkan teknologi pengubah sampah plastik jadi bahan bakar. “Jika sekarang menggunakan kaleng berkapasitas isi 1 kg yang menghasilkan 1 liter, maka ke depan saya pingin bagaimana bisa menambah hasilnya, tidak hanya 1 liter lagi,” ujar dia.
Kemudian, terpenting kata Ahmad, daur ulang sampah plastik bisa terealisasi sehingga sampah plastik tidak dibuang sembarangan. “Di pedesaan mungkin berbeda dengan di kota. Kalau di kota ada petugas khusus yang mengkut sampah, sementara di pedesaan kebanyakan enggak ada,” ujar Ahmad.
Sumber: Tribunnews